Telaah kritis hadits kedudukan wanita dibandingkan laki-laki
Pendahuluan
Menurut Nasaruddin Umar, literatur klasik Islam pada umumnya disusun dalam perspektif budaya masyarakat androsentris, dimana laki-laki menjadi ukuran segala sesuatu (man is the measure of all things).[1] Selain itu, budaya diberbagai tempat, hubungan tertentu antara laki-laki dan perempuan dikonstruksi oleh mitologi. Dari mitos tentang penciptaan perempuan yang berasal dari tulang rusuk laki-laki, sampai mitos-mitos disekitar menstruasi. Mitologi tersebut terkesan cenderung menempatkan perempuan sebagai “the second creation and the second sex.” Pengarus mitos-mitos tersebut mengendap dibawah sadar perempuan sekian lama, sehingga perempuan menerima kenyataan dirinya sebagai subordinasi laki-laki dan tidak layak sejajar dengannya.[2] Salah satunya adalah sebuah hadits dalam tulisan ini.
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ قُلْنَ وَمَا نُقْصَانُ دِينِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَلَيْسَ شَهَادَةُ…
Lihat pos aslinya 1.968 kata lagi
Penjelasan lebih rinci ada di channel berikut https://youtu.be/-jX8mjwvhto
SukaSuka